Ditengah perkembangan zaman yang
modern ini, film-film mutakhir banyak sekali tersaji di depan mata. Mahakarya
tersebut membuat kita terlena dan segera berlomba-lomba untuk menyaksikannya,
sayangnya kebanyakan film tersebut bukan merupakan hasil karya anak negri
sendiri. Namun, sineas muda di negri
kita dapat membuktikan kemampuan mereka. Hasil karya anak negri tidak pun tidak
kalah mumpuni, selain film yang berkualitas mereka juga mengisi pesan moral
yaitu rasa nasionalisme atau rasa cinta yang tinggi akan Bangsa Indonesia.
Kehidupan dan budaya yang ditampilkan juga dirasakan sangat sesuai dengan
nilai-nilai negri ini. Apakah film-film yang dapat membangkitkan rasa
nasionalisme tersebut?
1. Habibie
& Ainun adalah film yang diangkat dari memoir yang ditulis Habibie mengenai
mendiang istrinya, Hasri Ainun Habibie, dalam buku Habibie dan
Ainun. Rudy Habibie seorang
jenius ahli pesawat terbang yang punya mimpi besar: berbakti kepada bangsa
Indonesia dengan membuat truk terbang untuk menyatukan Indonesia. Sedangkan
Ainun adalah seorang dokter muda cerdas yang dengan jalur karir terbuka lebar
untuknya. Film ini sarat pesan moral dan
kesetiaan terhadap negara dan Tanah Air, tentang kesetiaan suami-istri dalam pernikahan
dan tentang arti kepemimpinan.
2. 5
CM merupakan film yang diadaptasi dari sebuah novel dengan judul yang sama.
Persahabatan antara lima anak manusia yang terjalin selama bertahun-tahun
kadang kala menimbulkan rasa jenuh dengan persahabatan itu sendiri. Akhirnya
kelimanya memutuskan untuk berpisah, tidak saling berkomunikasi satu sama lain
selama tiga bulan lamanya. Setelah tiga bulan berselang mereka berlima pun
bertemu kembali dan merayakan pertemuan mereka dengan sebuah perjalanan penuh
impian dan tantangan. Sebuah perjalanan hati demi mengibarkan sang saka merah
putih di puncak tertinggi Jawa pada tanggal 17 Agustus. Sebuah perjalanan penuh
perjuangan yang membuat mereka semakin mencintai Indonesia. Petualangan dalam
kisah ini, bukan saja petualangan yang menantang adrenalin, demi melihat
kebesaran sang Ilahi dari atas puncak gunung. Tapi petualangan ini, juga
perjalanan hati. Hati untuk mencintai persahabatan yang erat, dan hati yang
mencintai negeri ini.
3. Gie merupakan film yang diispirasi
dari buku “Catatan Seorang Demonstran” yang merupakan kisah hidup aktivis dan
pecinta alam mahasiswa Universitas Indonesia keturunan Tionghoa, Soe Hok Gie. Sejak remaja, Hok Gie sudah
mengembangkan minat terhadap konsep-konsep idealis yang dipaparkan oleh
intelek-intelek kelas dunia. Semangat pejuangnya, setiakawannya, dan hatinya
yang dipenuhi kepedulian sejati akan orang lain dan tanah airnya membaur di
dalam diri Hok Gie kecil dan membentuk dirinya menjadi pribadi yang tidak toleran
terhadap ketidakadilan dan mengimpikan Indonesia yang didasari oleh keadilan
dan kebenaran yang murni. Semboyan Soe Hok Gie yang mengesankan berbunyi,
"Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan." Gie
yang memiliki sikap idealis dari masa remaja hingga perjuangannya melawan
pemerintahan Presiden Soekarno yang saat itu berkaitan erat dengan PKI. Perjuangan
Gie dalam perjuangan keadilan dan menyuarakan aspirasi rakyat, khususnya dari
kalangan mahasiswa.
4. Batas adalah film yang berkisah
tentang kehidupan TKI Indonesia di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia,
Entikong. Seorang guru bernama Jaleswari (Marcella Zalianty) dengan ambisi dan kepercayaan diri
yang penuh, mengajukan diri untuk mengambil tanggung-jawab memperbaiki kinerja
program CSR
bidang pendidikan yang terputus tanpa kejelasan, meninggalkan
kehidupannya nyaman di Jakarta untuk membereskan permasalahan pendidikan di
Entikong. Ternyata suatu
kehendak belum tentu sejalan dengan kenyataan. Daerah perbatasan di pedalaman
Kalimantan memiliki pola kehidupannya sendiri. Mereka memiliki titik-pandang
yang berbeda dalam memaknai arti garis perbatasan. Munculnya
suasana mengenai TKI Indonesia yang ternyata hidup dalam keterbatasan dan
kemalangan. Belum lagi, kondisi pendidikan di daerah itu yang sangat
memprihatinkan, membuat Jaleswari memutuskan melakukan sesuatu untuk sesama
saudaranya di negara tercinta Indonesia.
5. Denias Senandung di Atas Awan adalah
film yang berkisah mengenai perjuangan seorang anak di pedalaman Papua bernama
Denias untuk mengejar pendidikan. Cerita
dalam film ini merupakan adaptasi dari kisah nyata seorang anak Papua yang bernama
Janias. Film ini menggambarkan kondisi pendidikan di pulau paling
timur Indonesia. Film berisi pesan penting yang ingin disampaikan kepada setiap
orang yang menyaksikannya: ketidakmerataan pendidikan dan fakta bahwa belum
semua anak Indonesia mendapatkan pendidikan yang layak. Selain itu juga juga dapat kita lihat keindahan provinsi
Papua yang berhasil direkam dengan begitu indahnya.
6. Nagabonar Jadi 2 adalah sebuah film Indonesia
tahun 2007
yang merupakan sekuel dari film Naga Bonar
(1987). Alur cerita berputar tentang hubungan seorang ayah Nagabonar dan anaknya,
Bonaga dalam suasana kehidupan anak muda metropolis. Bonaga, seorang pengusaha
sukses, mendapat proyek pembangunan resort dari perusahaan
Jepang. Lahan yang diincar perusahaan Jepang tersebut tak lain adalah lahan
perkebunan sawit milik ayahnya. Maka Bonaga pun memboyong ayahnya ke Jakarta
agar dia bisa membujuk Nagabonar menjual lahan tersebut. Usaha Bonaga tak
berhasil. Kekeraskepalaan Nagabonar untuk mempertahankan lahan perkebunan (di
mana di sana juga terdapat makam istri, Ibu dan temannya si bengak Bujang)
semakin menjadi-jadi ketika tahu calon pembeli tanahnya adalah perusahaan
Jepang (yang masih dianggapnya penjajah). Meskipun dikemas secara sederhana
dengan plot yang simpel dan penuh komedi, film ini menyuguhkan sebuah kisah
bagaimana melawan perubahan dan penyimpangan yang terjadi di Indonesia, di mana
para pahlawan tidak lagi dihormati dan dihargai jasa-jasanya. Generasi muda
Indonesia banyak melupakan dasar-dasar nasionalisme yang membuat mereka
berhenti memperjuangkan kemerdekaan mereka—di kondisi dan dengan cara mereka
sendiri. Film ini dianggap sebagai film yang berhasil menyentil sisi
sentimentil setiap orang yang menyaksikannya—khususnya mengenai nationality
matter. Film ini bisa membuat tertawa terbahak-bahak, menitikkan air mata,
atau menggeram kesal saat mengikuti setiap adegannya.
7. Trilogi Merdeka yaitu Merah Putih
(2009), Darah Garuda (2010), Hati Merdeka (2011) adalah film ini yang pada
intinya berkisah mengenai perjuangan sekumpulan tentara Indonesia yang
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mempertahankannya hingga titik darah
penghabisan. Konflik di film ini tidak hanya berkisar peperangan semata, namun
juga mengenai isu keberagaman suku dan budaya yang memang selalu ada di tengah
masyarakat Indonesia yang heterogen. Meskipun banyak dibantu oleh para
profesional dari luar negri, film ini memiliki semua unsur yang dimiliki
Indonesia sebagai negara kesatuan yang sarat dengan perbedaan. Untuk Indonesia
yang merdeka mereka menanggalkan segala perbedaan yang ada.
8. Garuda di Dadaku merupakan film Indonesia yang dirilis
pada 2009.
Film keluarga yang satu ini terasa begitu sarat dengan nilai nasionalisme saat
si tokoh utama, Bayu seorang anak yang baru berusia 11 tahun, memiliki
keinginan kuat untuk menjadi seorang pemain sepak bola profesional dan bermain
untuk membela negaranya di kancah internasional. Konflik dimulai ketika, Heri yaitu sahabat Bayu adalah seorang
penggila bola, sangat yakin akan kemampuan dan bakat Bayu.
Dialah motivator dan
“pelatih” cerdas yang meyakinkan Bayu agar mau ikut seleksi untuk masuk Tim
Nasional U-13 yang nantinya akan mewakili Indonesia berlaga di arena
internasional. Namun Pak Usman, kakek Bayu, sangat menentang impian Bayu karena
baginya menjadi pemain sepak bola identik dengan hidup miskin dan tidak punya
masa depan. Walaupun konflik di film ini memang tidak begitu kompleks
dan plotnya pun sangat sederhana. Tetapi itu semua tidak mengurangi makna
mendalam yang ingin disampaikan sang sutradara, Ifa Isfansyah, mengenai nilai-nilai
nasionalisme. Jika Anda berpikir ini adalah film yang hanya cocok disaksikan
anak-anak—karena pemeran utamanya adalah anak-anak dan plot yang disajikan
terlalu sederhana dengan konflik klise yang menguji persahabatan, sebaiknya
berpikir ulang. Pada dasarnya, semua film keluarga dapat disaksikan semua
kalangan, tanpa terkecuali.
9. Tanah Air Beta adalah film yang
mengangkat kehidupan keluarga yang terpisah akibat pelepasan Timor Timur dari
Indonesia pada tahun 1998 silam. Nilai nasionalisme di film ini sangat terasa
saat salah satu tokoh utamanya, Tatiana yang seorang guru, memilih untuk
mengungsi ke Kupang, NTT, bersama anak perempuannya, Merry, karena tetap ingin
menjadi bagian dari RI. Keputusannya itu harus dibayar cukup mahal karena harus
berpisah dari anak laki-lakinya, Mauro yang memilih tinggal bersama pamannya
yang berada di Timor Timur. Film ini terasa sangat spesial karena mengambil
latar di Atambua, NTT. Tentunya, tidak banyak atau bahkan belum ada film yang
mengangkat kehidupan masyarakat Atambua. Sebuah tayangan yang cukup menghibur
dan juga sangat edukatif.
10. King,
film iniberkisah mengenai cita-cita seorang anak untuk dapat menjadi
pebulutangkis nasional. Dalam segala keterbatasan dana yang dimiliki
keluarganya, Guntur, tidak pernah berhenti bermimpi untuk dapat menjadi atlet
profesional yang akan membela negara tercintanya di dunia internasional,
seperti pebulutangkis idolanya juga ayahnya, Liem Swie King. Film ini memang
dibuat terinspirasi oleh prestasi yang ditorehkan Liem Swie King untuk
Indonesia di masa-masa kejayaan buku tangkis Indonesia tahun 1980-an. Dengan semangat yang tinggi tanpa
mengenal lelah, dan pengorbanan berat yang harus dilakukan, Guntur tak
henti-hentinya berjuang untuk mendapatkan beasiswa bulu tangkis dan meraih
cita-citanya menjadi juara dunia bulu tangkis kebanggaan INDONESIA dan
kebanggaan keluarga. Tidak hanya mengajak anak-anak
Indonesia merajut mimpi, film ini juga menyodorkan pesan mulia mengenai rasa
nasionalisme yang muncul di dada seorang anak yang hidup dengan sederhana.
Bagaimana Youngsters? Film
mana saja yang sudah kamu tonton dan bagaimana pendapat kamu? Boleh loh di
share pengalamannya, atau yang mau menambahkan daftarnya juga boleh…
Sumber: Berbagai Sumber
Jangan lupa buat like fanpage kami Young&Loud
Dan juga follow twitter kami di @Young_LoudID
Sumber: Berbagai Sumber
Jangan lupa buat like fanpage kami Young&Loud
Dan juga follow twitter kami di @Young_LoudID
No comments:
Post a Comment