Friday, May 17, 2013

Film-Film Karya Anak Bangsa yang Membangkitkan Rasa Nasionalisme Anak Muda



Ditengah perkembangan zaman yang modern ini, film-film mutakhir banyak sekali tersaji di depan mata. Mahakarya tersebut membuat kita terlena dan segera berlomba-lomba untuk menyaksikannya, sayangnya kebanyakan film tersebut bukan merupakan hasil karya anak negri sendiri. Namun, sineas muda  di negri kita dapat membuktikan kemampuan mereka. Hasil karya anak negri tidak pun tidak kalah mumpuni, selain film yang berkualitas mereka juga mengisi pesan moral yaitu rasa nasionalisme atau rasa cinta yang tinggi akan Bangsa Indonesia. Kehidupan dan budaya yang ditampilkan juga dirasakan sangat sesuai dengan nilai-nilai negri ini. Apakah film-film yang dapat membangkitkan rasa nasionalisme tersebut?


1.    Habibie & Ainun adalah film yang diangkat dari memoir yang ditulis Habibie mengenai mendiang istrinya, Hasri Ainun Habibie, dalam buku Habibie dan Ainun.  Rudy Habibie seorang jenius ahli pesawat terbang yang punya mimpi besar: berbakti kepada bangsa Indonesia dengan membuat truk terbang untuk menyatukan Indonesia. Sedangkan Ainun adalah seorang dokter muda cerdas yang dengan jalur karir terbuka lebar untuknya.  Film ini sarat pesan moral dan kesetiaan terhadap negara dan Tanah Air,  tentang kesetiaan suami-istri dalam pernikahan dan tentang arti kepemimpinan.



2.   5 CM merupakan film yang diadaptasi dari sebuah novel dengan judul yang sama. Persahabatan antara lima anak manusia yang terjalin selama bertahun-tahun kadang kala menimbulkan rasa jenuh dengan persahabatan itu sendiri. Akhirnya kelimanya memutuskan untuk berpisah, tidak saling berkomunikasi satu sama lain selama tiga bulan lamanya. Setelah tiga bulan berselang mereka berlima pun bertemu kembali dan merayakan pertemuan mereka dengan sebuah perjalanan penuh impian dan tantangan. Sebuah perjalanan hati demi mengibarkan sang saka merah putih di puncak tertinggi Jawa pada tanggal 17 Agustus. Sebuah perjalanan penuh perjuangan yang membuat mereka semakin mencintai Indonesia. Petualangan dalam kisah ini, bukan saja petualangan yang menantang adrenalin, demi melihat kebesaran sang Ilahi dari atas puncak gunung. Tapi petualangan ini, juga perjalanan hati. Hati untuk mencintai persahabatan yang erat, dan hati yang mencintai negeri ini.



3.   Gie merupakan film yang diispirasi dari buku “Catatan Seorang Demonstran” yang merupakan kisah hidup aktivis dan pecinta alam mahasiswa Universitas Indonesia keturunan Tionghoa, Soe Hok Gie. Sejak remaja, Hok Gie sudah mengembangkan minat terhadap konsep-konsep idealis yang dipaparkan oleh intelek-intelek kelas dunia. Semangat pejuangnya, setiakawannya, dan hatinya yang dipenuhi kepedulian sejati akan orang lain dan tanah airnya membaur di dalam diri Hok Gie kecil dan membentuk dirinya menjadi pribadi yang tidak toleran terhadap ketidakadilan dan mengimpikan Indonesia yang didasari oleh keadilan dan kebenaran yang murni. Semboyan Soe Hok Gie yang mengesankan berbunyi, "Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan." Gie yang memiliki sikap idealis dari masa remaja hingga perjuangannya melawan pemerintahan Presiden Soekarno yang saat itu berkaitan erat dengan PKI. Perjuangan Gie dalam perjuangan keadilan dan menyuarakan aspirasi rakyat, khususnya dari kalangan mahasiswa.



4.   Batas adalah film yang berkisah tentang kehidupan TKI Indonesia di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia, Entikong. Seorang guru bernama Jaleswari (Marcella Zalianty) dengan ambisi dan kepercayaan diri yang penuh, mengajukan diri untuk mengambil tanggung-jawab memperbaiki kinerja program CSR bidang pendidikan yang terputus tanpa kejelasan, meninggalkan kehidupannya nyaman di Jakarta untuk membereskan permasalahan pendidikan di Entikong. Ternyata suatu kehendak belum tentu sejalan dengan kenyataan. Daerah perbatasan di pedalaman Kalimantan memiliki pola kehidupannya sendiri. Mereka memiliki titik-pandang yang berbeda dalam memaknai arti garis perbatasan. Munculnya suasana mengenai TKI Indonesia yang ternyata hidup dalam keterbatasan dan kemalangan. Belum lagi, kondisi pendidikan di daerah itu yang sangat memprihatinkan, membuat Jaleswari memutuskan melakukan sesuatu untuk sesama saudaranya di negara tercinta Indonesia.



5.  Denias Senandung di Atas Awan adalah film yang berkisah mengenai perjuangan seorang anak di pedalaman Papua bernama Denias untuk mengejar pendidikan. Cerita dalam film ini merupakan adaptasi dari kisah nyata seorang anak Papua yang bernama Janias. Film ini menggambarkan kondisi pendidikan di pulau paling timur Indonesia. Film berisi pesan penting yang ingin disampaikan kepada setiap orang yang menyaksikannya: ketidakmerataan pendidikan dan fakta bahwa belum semua anak Indonesia mendapatkan pendidikan yang layak. Selain itu juga juga dapat kita lihat keindahan provinsi Papua yang berhasil direkam dengan begitu indahnya.



6.  Nagabonar Jadi 2 adalah sebuah film Indonesia tahun 2007 yang merupakan sekuel dari film Naga Bonar (1987). Alur cerita berputar tentang hubungan seorang ayah Nagabonar dan anaknya, Bonaga dalam suasana kehidupan anak muda metropolis. Bonaga, seorang pengusaha sukses, mendapat proyek pembangunan resort dari perusahaan Jepang. Lahan yang diincar perusahaan Jepang tersebut tak lain adalah lahan perkebunan sawit milik ayahnya. Maka Bonaga pun memboyong ayahnya ke Jakarta agar dia bisa membujuk Nagabonar menjual lahan tersebut. Usaha Bonaga tak berhasil. Kekeraskepalaan Nagabonar untuk mempertahankan lahan perkebunan (di mana di sana juga terdapat makam istri, Ibu dan temannya si bengak Bujang) semakin menjadi-jadi ketika tahu calon pembeli tanahnya adalah perusahaan Jepang (yang masih dianggapnya penjajah). Meskipun dikemas secara sederhana dengan plot yang simpel dan penuh komedi, film ini menyuguhkan sebuah kisah bagaimana melawan perubahan dan penyimpangan yang terjadi di Indonesia, di mana para pahlawan tidak lagi dihormati dan dihargai jasa-jasanya. Generasi muda Indonesia banyak melupakan dasar-dasar nasionalisme yang membuat mereka berhenti memperjuangkan kemerdekaan mereka—di kondisi dan dengan cara mereka sendiri. Film ini dianggap sebagai film yang berhasil menyentil sisi sentimentil setiap orang yang menyaksikannya—khususnya mengenai nationality matter. Film ini bisa membuat tertawa terbahak-bahak, menitikkan air mata, atau menggeram kesal saat mengikuti setiap adegannya.


7.  Trilogi Merdeka yaitu Merah Putih (2009), Darah Garuda (2010), Hati Merdeka (2011) adalah film ini yang pada intinya berkisah mengenai perjuangan sekumpulan tentara Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mempertahankannya hingga titik darah penghabisan. Konflik di film ini tidak hanya berkisar peperangan semata, namun juga mengenai isu keberagaman suku dan budaya yang memang selalu ada di tengah masyarakat Indonesia yang heterogen. Meskipun banyak dibantu oleh para profesional dari luar negri, film ini memiliki semua unsur yang dimiliki Indonesia sebagai negara kesatuan yang sarat dengan perbedaan. Untuk Indonesia yang merdeka mereka menanggalkan segala perbedaan yang ada.


8.  Garuda di Dadaku merupakan film Indonesia yang dirilis pada 2009. Film keluarga yang satu ini terasa begitu sarat dengan nilai nasionalisme saat si tokoh utama, Bayu seorang anak yang baru berusia 11 tahun, memiliki keinginan kuat untuk menjadi seorang pemain sepak bola profesional dan bermain untuk membela negaranya di kancah internasional. Konflik dimulai ketika, Heri yaitu sahabat Bayu adalah seorang penggila bola, sangat yakin akan kemampuan dan bakat Bayu. Dialah motivator dan “pelatih” cerdas yang meyakinkan Bayu agar mau ikut seleksi untuk masuk Tim Nasional U-13 yang nantinya akan mewakili Indonesia berlaga di arena internasional. Namun Pak Usman, kakek Bayu, sangat menentang impian Bayu karena baginya menjadi pemain sepak bola identik dengan hidup miskin dan tidak punya masa depan. Walaupun konflik di film ini memang tidak begitu kompleks dan plotnya pun sangat sederhana. Tetapi itu semua tidak mengurangi makna mendalam yang ingin disampaikan sang sutradara, Ifa Isfansyah, mengenai nilai-nilai nasionalisme. Jika Anda berpikir ini adalah film yang hanya cocok disaksikan anak-anak—karena pemeran utamanya adalah anak-anak dan plot yang disajikan terlalu sederhana dengan konflik klise yang menguji persahabatan, sebaiknya berpikir ulang. Pada dasarnya, semua film keluarga dapat disaksikan semua kalangan, tanpa terkecuali.


9.  Tanah Air Beta adalah film yang mengangkat kehidupan keluarga yang terpisah akibat pelepasan Timor Timur dari Indonesia pada tahun 1998 silam. Nilai nasionalisme di film ini sangat terasa saat salah satu tokoh utamanya, Tatiana yang seorang guru, memilih untuk mengungsi ke Kupang, NTT, bersama anak perempuannya, Merry, karena tetap ingin menjadi bagian dari RI. Keputusannya itu harus dibayar cukup mahal karena harus berpisah dari anak laki-lakinya, Mauro yang memilih tinggal bersama pamannya yang berada di Timor Timur. Film ini terasa sangat spesial karena mengambil latar di Atambua, NTT. Tentunya, tidak banyak atau bahkan belum ada film yang mengangkat kehidupan masyarakat Atambua. Sebuah tayangan yang cukup menghibur dan juga sangat edukatif.


10.  King, film iniberkisah mengenai cita-cita seorang anak untuk dapat menjadi pebulutangkis nasional. Dalam segala keterbatasan dana yang dimiliki keluarganya, Guntur, tidak pernah berhenti bermimpi untuk dapat menjadi atlet profesional yang akan membela negara tercintanya di dunia internasional, seperti pebulutangkis idolanya juga ayahnya, Liem Swie King. Film ini memang dibuat terinspirasi oleh prestasi yang ditorehkan Liem Swie King untuk Indonesia di masa-masa kejayaan buku tangkis Indonesia tahun 1980-an. Dengan semangat yang tinggi tanpa mengenal lelah, dan pengorbanan berat yang harus dilakukan, Guntur tak henti-hentinya berjuang untuk mendapatkan beasiswa bulu tangkis dan meraih cita-citanya menjadi juara dunia bulu tangkis kebanggaan INDONESIA dan kebanggaan keluarga. Tidak hanya mengajak anak-anak Indonesia merajut mimpi, film ini juga menyodorkan pesan mulia mengenai rasa nasionalisme yang muncul di dada seorang anak yang hidup dengan sederhana.

Bagaimana Youngsters? Film mana saja yang sudah kamu tonton dan bagaimana pendapat kamu? Boleh loh di share pengalamannya, atau yang mau menambahkan daftarnya juga boleh…

Sumber: Berbagai Sumber

Jangan lupa buat like fanpage kami Young&Loud
Dan juga follow twitter kami di @Young_LoudID


No comments:

Post a Comment