Friday, April 5, 2013

Dilema Anak Jalanan dan Jalan Kehidupannya


Jumat sore kemarin keadaan jalanan tak begitu padat, mungkin karena saya bergegas pulang sebelum pukul 04.00 sore. Ditengah perjalanan saya menuju rumah, saya melewati senuah perempatan jalan. Sambil menunggu lampu merah, saya memandangi beberapa orang yang tengah duduk di pembatas jalanan itu. Ada seorang ibu-ibu yang tengah duduk bersama anaknya, beberapa anak kecil, juga anak-anak punk. Dua anak kecil itu mendekati mobil saya, satu anak perempuan berumur 10 tahun-an dan satu lagi anak laki-laki berumur 5 tahun-an. Anak laki-laki itu menyanyikan lagu sambil bertepuk tangan sedangkan anak perempuan itu bernyanyi sambil menepuk kecrekannya. Saya memandangi mereka, mengambil uang Rp 2000,- tetapi ketika saya akan memberikan uang tersebut saya ingat sesuatu. Bukan masalah hal berapa jumlah uang yang akan saya berikan, bukan juga masalah pemerintah yang mulai melarang para pengendara kendaraan untuk memberikan uang kepada pengemis. Saya masih bimbang untuk memberikannya atau tidak. Akankah saya memberikan uang itu?


Lampu hijau menyala, kedua anak tersebut sudah naik ke atas pembatas jalan, saya memandangi mereka dari kaca spion sebelah kanan saya. Akhirnya saya tidak jadi memberikan uang Rp2000,- itu. Saya teringat beberapa hari lalu Ketua Satuan Tugas Perlindungan Anak (Satgas-PA) Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Muhammad Ichsan mengatakan "Kalau kita mau selamatkan mereka, jangan beri mereka uang di jalanan," dalam acara 'Peluncuran Program Perlindungan Anak' di Taman Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (26/3).

Jumlah anak jalanan semakin meningkat pada tiap tahunnya. Kementerian Sosial mencatat ada 4,5 juta anak Indonesia yang hidup di jalanan. Tahun ini saja, Dinas Sosial DKI Jakarta mencatat ada 7300 anak jalanan di Jakarta. Angka tersebut mengalami peningkatan hampir 10 persen dari tahun lalu.

Satgas-PA mengajak masyarakat agar tidak lagi memberikan uang pada anak jalanan. Hal itu bertujuan untuk membebaskan mereka dari kehidupan jalanan. Karena anak-anak ini, sangat rawan menjadi korban kekerasan fisik dan seksual. Selain itu, mereka hidup tanpa jaminan masa depan. Untuk mengatasi persoalan ini, Satpol PP tidak hanya diminta memonitor anak jalanan, tetapi juga memberi sanksi kepada pengendara yang kerap memberi uang kepada anak jalanan tersebut.

Anak-anak tersebut dapat terus bertahan hidup di jalanan karena masih banyaknya masyarakat yang memberikan mereka uang. Menurut data ada anak yang bisa menghasilkan Rp 200.000,- per hari dari hasil mengamen atau mengemis di jalanan. Dengan kondisi seperti itu, tentu akan semakin menyuburkan jumlah anak jalanan di Indonesia.

Dengan tekanan ekonomi dari keluarganya, anak-anak ini sering menjadi korban. Mereka harus mencari uang untuk keluarga mereka. Menjadi anak jalanan merupakan salah satu cara yang cukup mudah menurut mereka untuk ditempuh. Banyak anak-anak dari pinggiran kota datang ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Jogja, Surabaya dan sebagainya untuk menjadi anak jalanan. Apalagi pada waktu-waktu tertentu, seperti hari-hari menuju Hari Lebaran.

Pembinaan sementara bagi anak jalanan terkadang tidak begitu membuahkan solusi. Mereka menganggap bahwa pembinaan tersebut tidak cukup efektif untuk mereka. Segera mereka akan kembali lagi ke jalanan setelah pembinaan usai dilakukan. Apalagi cara menertibkan anak jalanan dirasakan kurang tepat bila menggunakan pendekatan yang melibatkan petugas dari Satpol PP. Dengan cara seperti itu anak-anak justru akan ketakutan dan terlibat aksi 'petak umpet' dengan petugas yang membahayakan diri mereka sendiri.  Seperti kabur saat dikejar Satpol PP, akhirnya mereka tertabrak dan meninggal.

Maka itu untuk menekan pertumbuhan anak jalanan harus menggunakan pendekatan dengan cara persuasif. Misalnya dengan melakukan pembinaan pada orang tuanya. Sebab banyak anak yang diperintah orang tuanya untuk bekerja di jalanan.

Selain itu jika mereka dilarang hidup di jalan, maka pemerintah harus memberikan solusi nyata bagi mereka. Salah satu contohnya dengan menyiapkan fasilitas dan sarana rehabilitasi bagi mereka.
Kebutuhan mereka harus dipenuhi dan keinginannya pun harus disalurkan. Bagi anak yang sudah tidak di jalanan, sebaiknya dimasukkan ke klub musik, sekolah bola, atau kelas lainnya. Kesejahteraan keluarga anak jalanan itu pun harus diperhitungkan, sehingga tidak ada lagi desakan ekonomi yang mengharuskan mereka bekerja mencari uang.

Bagaimanakah menurut anda? Apa anda masih akan memberikan uang kepada mereka? Atau mungkin anda memiliki solusi yang lebih bijak untuk menuntaskan masalah anak jalanan ini?

Sumber :
www.republika.co.id

Mau comment atau share boleh kok.. :)

Jangan lupa buat like fanpage kami Young&Loud
Dan juga follow twitter kami di @Young_LoudID

No comments:

Post a Comment