Jumat sore kemarin keadaan
jalanan tak begitu padat, mungkin karena saya bergegas pulang sebelum pukul
04.00 sore. Ditengah perjalanan saya menuju rumah, saya melewati senuah
perempatan jalan. Sambil menunggu lampu merah, saya memandangi beberapa orang
yang tengah duduk di pembatas jalanan itu. Ada seorang ibu-ibu yang tengah
duduk bersama anaknya, beberapa anak kecil, juga anak-anak punk. Dua anak kecil itu mendekati mobil saya, satu anak perempuan
berumur 10 tahun-an dan satu lagi anak laki-laki berumur 5 tahun-an. Anak
laki-laki itu menyanyikan lagu sambil bertepuk tangan sedangkan anak perempuan
itu bernyanyi sambil menepuk kecrekannya.
Saya memandangi mereka, mengambil uang Rp 2000,- tetapi ketika saya akan
memberikan uang tersebut saya ingat sesuatu. Bukan masalah hal berapa jumlah
uang yang akan saya berikan, bukan juga masalah pemerintah yang mulai melarang
para pengendara kendaraan untuk memberikan uang kepada pengemis. Saya masih
bimbang untuk memberikannya atau tidak. Akankah saya memberikan uang itu?
Lampu hijau menyala, kedua anak
tersebut sudah naik ke atas pembatas jalan, saya memandangi mereka dari kaca
spion sebelah kanan saya. Akhirnya saya tidak jadi memberikan uang Rp2000,-
itu. Saya teringat beberapa hari lalu Ketua Satuan Tugas Perlindungan Anak
(Satgas-PA) Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Muhammad Ichsan
mengatakan "Kalau kita mau selamatkan mereka, jangan beri mereka uang di
jalanan," dalam acara 'Peluncuran Program
Perlindungan Anak' di Taman Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (26/3).
Jumlah anak jalanan semakin
meningkat pada tiap tahunnya. Kementerian Sosial mencatat ada 4,5 juta anak
Indonesia yang hidup di jalanan. Tahun ini saja, Dinas Sosial DKI Jakarta
mencatat ada 7300 anak jalanan di Jakarta. Angka tersebut mengalami peningkatan
hampir 10 persen dari tahun lalu.
Satgas-PA mengajak masyarakat
agar tidak lagi memberikan uang pada anak jalanan. Hal itu bertujuan untuk
membebaskan mereka dari kehidupan jalanan. Karena anak-anak ini, sangat rawan
menjadi korban kekerasan fisik dan seksual. Selain itu, mereka hidup tanpa
jaminan masa depan. Untuk mengatasi persoalan ini, Satpol PP tidak hanya diminta
memonitor anak jalanan, tetapi juga memberi sanksi kepada pengendara yang kerap
memberi uang kepada anak jalanan tersebut.
Anak-anak tersebut dapat terus
bertahan hidup di jalanan karena masih banyaknya masyarakat yang memberikan mereka
uang. Menurut data ada anak yang bisa menghasilkan Rp 200.000,- per hari dari
hasil mengamen atau mengemis di jalanan. Dengan kondisi seperti itu, tentu akan
semakin menyuburkan jumlah anak jalanan di Indonesia.
Dengan tekanan ekonomi dari
keluarganya, anak-anak ini sering menjadi korban. Mereka harus mencari uang
untuk keluarga mereka. Menjadi anak jalanan merupakan salah satu cara yang
cukup mudah menurut mereka untuk ditempuh. Banyak anak-anak dari pinggiran kota
datang ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Jogja, Surabaya dan
sebagainya untuk menjadi anak jalanan. Apalagi pada waktu-waktu tertentu,
seperti hari-hari menuju Hari Lebaran.
Pembinaan sementara bagi anak
jalanan terkadang tidak begitu membuahkan solusi. Mereka menganggap bahwa
pembinaan tersebut tidak cukup efektif untuk mereka. Segera mereka akan kembali
lagi ke jalanan setelah pembinaan usai dilakukan. Apalagi cara menertibkan anak
jalanan dirasakan kurang tepat bila menggunakan pendekatan yang melibatkan
petugas dari Satpol PP. Dengan cara seperti itu anak-anak justru akan ketakutan
dan terlibat aksi 'petak umpet' dengan petugas yang membahayakan diri mereka
sendiri. Seperti kabur saat dikejar Satpol PP, akhirnya mereka tertabrak
dan meninggal.
Maka itu untuk menekan
pertumbuhan anak jalanan harus menggunakan pendekatan dengan cara persuasif.
Misalnya dengan melakukan pembinaan pada orang tuanya. Sebab banyak anak yang
diperintah orang tuanya untuk bekerja di jalanan.
Selain itu jika mereka dilarang
hidup di jalan, maka pemerintah harus memberikan solusi nyata bagi mereka.
Salah satu contohnya dengan menyiapkan fasilitas dan sarana rehabilitasi bagi
mereka.
Kebutuhan mereka harus dipenuhi dan keinginannya pun harus disalurkan. Bagi
anak yang sudah tidak di jalanan, sebaiknya dimasukkan ke klub musik, sekolah
bola, atau kelas lainnya. Kesejahteraan keluarga anak jalanan itu pun harus
diperhitungkan, sehingga tidak ada lagi desakan ekonomi yang mengharuskan
mereka bekerja mencari uang.
Bagaimanakah menurut anda? Apa
anda masih akan memberikan uang kepada mereka? Atau mungkin anda memiliki
solusi yang lebih bijak untuk menuntaskan masalah anak jalanan ini?
Sumber :
www.republika.co.id
Mau comment atau share boleh kok.. :)
Jangan lupa buat like fanpage kami Young&Loud
Dan juga follow twitter kami di @Young_LoudID
No comments:
Post a Comment